Sabtu, 23 Agustus 2014

[RESENSI NOVEL YOU ARE INVITED]

Undangan Spesial di Pernikahan Stacy dan John  
Resensator: Susi S. Idris


Judul Buku    : You Are Invited
Pengarang     : Kezia Evi Wiadji
Penerbit         : PT Grasindo
Tahun Terbit    : 2014
Tebal              : 210 halaman
ISBN              : 978-602-251-493-0

Salah satu persiapan penting dalam sebuah pernikahan adalah undangan. Siapa yang akan diundang? Para undangan tentu adalah orang-orang yang memiliki keterkaitan langsung dengan kedua mempelai maupun kedua keluarga mempelai. Beberapa di antaranya adalah undangan spesial. Mereka adalah orang-orang yang sangat diharapkan kehadirannya oleh mempelai pria maupun wanita.
Mengundang orang-orang spesial. Hal itulah yang juga dilakukan Stacy Tanu dan John Edward dalam novel You Are Invited karya Kezia Evi Wiadji. Stacy dan John adalah calon mempelai yang sedang menyiapkan acara pernikahannya. Pada bagian pertama dalam novel ini digambarkan kesibukan Stacy dan John dalam mendaftar orang-orang yang akan diundang. Hingga tercetuslah ide dari Stacy untuk mengundang Ben, mantan pacarnya, juga Dina, mantan pacar John.
Mendengar ide calon istrinya, John ragu. Pasalnya, ia masih menyimpan luka terhadap Dina. Namun akhirnya ia pun menelepon, mengabarkan tanggal pernikahannya dan meminta kesediaan Dina untuk hadir ke pestanya, seperti halnya yang dilakukan Stacy kepada Ben. Namun, apakah Dina dan Ben akan menghadiri pesta pernikahan tersebut di tengah kepedihan hati Dina dan juga masalah percintaan Ben dengan seorang gadis “istimewa”?
Selain kedua undangan spesial itu, Stacy dan John juga mengundang empat orang spesial lainnya, yaitu Lyla, Sonia, Edo, dan James. Namun, seperti halnya Ben dan Dina, mereka juga dihadapkan pada permasalahan masing-masing sebelum pesta pernikahan Stacy dan John berlangsung. Seperti apa permasalahan yang mereka hadapi?
Kezia membuat novel ini menjadi unik, karena You Are Invited tidak semata-mata berkisah tentang segala hal yang dihadapi Stacy dan John menjelang hari pernikahan mereka yang tinggal beberapa minggu. Kezia justru mengambil sisi lain dari sebuah acara pernikahan, yaitu mengisahkan para undangan (orang-orang yang diundang). Ide ceritanya sungguh menarik. Apalagi, novel ini menghadirkan enam kisah berbeda dari enam tokoh, yang masing-masing memiliki hubungan dengan Stacy maupun John.
Undangan spesial yang dikisahkan pertama dalam You Are Invited adalah Dina. Dina merupakan mantan pacar John. Perempuan yang telah menorehkan luka di hati John, karena selama mereka pacaran, Dina sesungguhnya masih mencintai Cello, lelaki berengsek yang selama ini memberikan harapan palsu padanya. Dina menjalin hubungan dengan John sesungguhnya hanya sebagai pelarian atas sakit hatinya pada Cello yang telah mencampakkannya. Namun, suatu hari di Bali, Dina kembali berjumpa dengan Cello. Dina yang diam-diam masih merindukan lelaki itu, kembali tergoda rayuan Cello. Namun sayangnya, John memergoki perselingkuhan itu. Ia akhirnya memutuskan meninggalkan Bali setelah tahu bahwa Dina lebih memilih Cello daripada dirinya.
Saat menerima telepon dari John, yang mengabarkan bahwa lelaki itu akan menikahi Stacy, perasaan Dina begitu kacau. Pasalnya, Dina kini tak lagi bersama Cello setelah lagi-lagi ditipu oleh lelaki itu. Dina pun mulai menyesal telah mengabaikan John yang baik hati. Akankah ia memenuhi undangan John?
Undangan spesial kedua adalah Ben. Ben adalah mantan pacar Stacy. Berbeda dengan John dan Dina, Ben dan Stacy mengakhiri hubungan mereka secara baik-baik. Masalah mereka adalah perbedaan “dunia”.
Saat menerima kabar dari Stacy bahwa mantannya itu akan segera menikah, Ben sangat senang. Ia berjanji akan hadir di pernikahan Stacy dan John, namun untuk membawa gadis pujaan hatinya yang bernama Princille, Ben masih ragu. Apa yang membuat Ben tidak yakin dapat mengajak gadis “istimewa” itu?
Undangan spesial ketiga adalah Lyla. Lyla adalah teman Stacy semasa kuliah. Saat menerima kabar pernikahan Stacy dan John, Lyla sedang mempersiapkan diri untuk mendaki gunung, kegiatan yang selama ini tidak pernah dilakukannya, karena Dodo, mantan pacarnya, sangat mengekang kegiatan Lyla bersama teman-temannya.
Lyla akhirnya mendaki gunung dengan beberapa pendaki lainnya, termasuk Ferry dan Santi, dua teman akrabnya. Di antara mereka juga ikut Roni, sepupu Ferry yang sedang liburan di Solo. Tanpa diketahui siapa pun, benih-benih cinta tumbuh di hati Lyla kepada pria tampan itu.
Namun, saat Lyla dirawat di rumah sakit atas kecelakaan pendakian yang hampir saja merenggut nyawanya, ia kaget sekaligus patah hati, karena ternyata Roni sudah memiliki kekasih. Di tengah keterkejutannya, Lyla mendengar pengakuan Ferry yang tak kalah mengejutkan. Apakah Lyla akan menghadiri pernikahan Stacy dan John di tengah kondisi fisik dan hatinya yang masih sakit?
Undangan spesial keempat dan kelima adalah Sonia dan Edo. Sonia adalah adik John, sementara Edo adalah teman John. Menjelang pernikahan kakaknya, Sonia tengah didera kesedihan dan kekecewaan pada suaminya, Andi, yang tengah dirawat di rumah sakit. Sementara di Batam, Edo tengah didera penyesalan, karena selama ini tidak berani mengungkapkan perasaannya pada Sonia, yang membuat Sonia harus menanggung beban berat selama ditinggal tugas di daerah terpencil. Apa sesungguhnya yang membuat Sonia kecewa pada suaminya? Lalu, masih adakah harapan Edo untuk bersama dengan Sonia?
Undangan spesial keenam dalam You Are Invited adalah James, kakak Stacy. Menjelang pernikahan adiknya itu, James mengalami musibah. Ia harus dirawat di rumah sakit akibat perlakuan mantan pacar Maria. Maria adalah perempuan yang kini menjalin hubungan dengan James. Uniknya, keduanya bertemu di tempat rehabilitasi narkoba. Selain itu, Maria juga memiliki wajah yang sangat mirip dengan seseorang di masa lalu James. 
You Are Invited merupakan salah satu novel pilihan program PSA2 (Publisher Searching for Authors) yang diadakan Grasindo. Dengan mengusung tema “Rasa Indonesia” pada PSA2 tersebut, Kezia turut menghadirkan nuansa Indonesia dalam novelnya ini. Dalam You Are Invited, pembaca akan disuguhkan berbagai kuliner nusantara, serta berbagai tempat menarik di beberapa wilayah di Indonesia yang penggambarannya cukup detail. Jakarta, Bali, Pekanbaru, Solo, Bandung, Batam, dan Medan, adalah latar tempat yang dihadirkan Kezia dalam novel in. 
You Are Invited karya Kezia Evi Wiadji adalah novel yang menarik dari segi konsep cerita, dan Kezia berhasil menghadirkan enam kisah berbeda yang memiliki satu penghubung, yaitu pernikahan Stacy dan John. Ya, enam kisah itu terasa sangat berbeda. Pembaca benar-benar merasa telah “berpisah” dengan Dina saat masuk ke cerita Ben, begitu seterusnya, hingga saat masuk ke kisah Sonia, Kezia mengingatkan kembali bahwa mereka semua saling berkaitan, yaitu dengan kembali menghadirkan sosok Stacy dan John.
Mengenai desain sampul, You Are Invited memiliki sampul yang artistik. Menyerupai sebuah undangan. Sangat sesuai dengan judul dan isi ceritanya. Apalagi di bagian bawah setiap lembarannya, terdapat ornamen khas undangan. Blurb-nya pun sangat “provokatif”, membuat pembaca ingin menjawab sendiri pertanyaan di blurb tersebut dengan membaca isinya.
Meskipun You Are Invited memiliki banyak kelebihan, namun novel ini juga tidak luput dari kekurangan. Pertama, dari segi penyajian. Novel ini kurang rapi dari segi penyajian cerita. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal, pencerita terkesan bernarasi semaunya. Bukan masalah penggunaan kata ganti gue, juga bukan mengenai bahasa tidak baku dalam percakapannya. Semua mengetahui bahwa hal tersebut tidak masalah. Namun, penggunaan bahasa tidak baku dalam narasi, membuat novel ini kurang nyaman dibaca. Misalnya: nomer (hlm. 48), nambah (hlm. 52), telor (hlm. 81), maksa (hlm. 86), nggak, ngeliat, dikit (hlm. 87), dan sebagainya. Bahkan di halaman 85 pencerita tertawa (hehehe) dalam narasinya. Selanjutnya, hampir semua tokoh berkata “yup” untuk menggantikan kata “ya”, padahal “yup” adalah gaya bicara yang khusus digunakan orang-orang tertentu. Selain itu, novel ini juga tidak luput dari masalah tipografi, baik kesalahan penulisan kata, maupun banyaknya tanda baca yang berdempetan dengan huruf setelahnya.
Kedua, pada halaman 86 dan 87. Bagian itu terasa kurang penting, karena percakapan Ferry dan Lyla juga tidak memengaruhi cerita, karena Lyla tetap mau mengantar Roni berjalan-jalan, sesuai dengan janjinya pada halaman 85.
Namun, lepas dari kekurangan-kekurangan tersebut, novel ini layak untuk dibaca. Kisahnya seru, karena keenam undangan spesial di pernikahan Stacy dan John tersebut memiliki ceritanya masing-masing sebelum akhirnya bisa (atau tidak) bergabung dengan undangan lain.        

Rabu, 11 Juni 2014

[RESENSI NOVEL (BUKAN) SALAH WAKTU]

Trauma, Cinta Lama, dan Nasib Rumah Tangga
Resensator: Susi S. Idris


Judul Buku       : (Bukan) Salah Waktu
Pengarang        : Nastiti Denny
Penerbit           : Bentang Pustaka
Cetakan           : Pertama, Desember 2013
Tebal               : viii + 248 halaman   
ISBN               : 978-602-7888-94-4

Mempertahankan keutuhan rumah tangga yang dipenuhi berbagai masalah, bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi jika permasalahan tersebut disebabkan oleh ketidakjujuran dan orang ketiga. Hal tersebutlah yang dialami Sekar dan Prabu, tokoh utama dalam novel (Bukan) Salah Waktu karya Nastiti Denny. Rumah tangga Sekar dan Prabu tak lagi harmonis ketika satu demi satu rahasia keduanya terkuak.
Semua bermula saat Prabu mengetahui bahwa Sekar merahasiakan status orangtuanya yang telah lama bercerai. Prabu sangat kecewa dengan sikap tidak jujur istrinya itu. Jarak pun mulai terlihat di antara keduanya. Seiring kondisi tersebut, Bram hadir mengatakan kepada Sekar bahwa ayah Prabu telah menghancurkan kehidupan keluarganya. Prabu juga telah memiliki anak dari Laras, kekasih Prabu saat SMA.
Demi membuktikan perkataan Bram, Sekar mengintai Prabu saat bekerja di luar kota. Pada pengintaian itu, Sekar menyaksikan sendiri kedekatan suaminya dengan Laras. Sekar kemudian memilih menenangkan diri dengan menginap di rumah mamanya. Rumah yang sudah bertahun-tahun tidak pernah dikunjunginya, karena Sekar yakin mamanya tidak pernah mengharapkan kedatangannya. Namun, dugaan Sekar ternyata salah. Melalui Mbok Ijah, Sekar akhirnya tahu bahwa kehadirannya di rumah tersebut selalu dinantikan oleh mamanya.
Dalam masa-masa menenangkan diri di rumah tersebut, Sekar masih saja didera trauma yang di awal novel telah dikisahkan. Trauma Sekar disebabkan oleh ketidakharmonisan hubungan kedua orang tuanya di masa lalu. Melihat Sekar suatu hari bersembunyi di bawah meja makan sebagai akibat dari traumanya, mama Sekar akhirnya mengungkapkan sebuah rahasia kepada Sekar.
Di sisi lain, Prabu yang menunggu kepulangan istrinya, terus dilanda kekalutan. Kabar bahwa ayahnya adalah penyebab ayah Laras bunuh diri, cukup membuatnya kaget. Begitupula kabar bahwa Wirendra adalah anaknya bersama Laras. Prabu pun pasrah. Ia menyerahkan nasib rumah tangga mereka kepada Sekar.
Tuntas membaca (Bukan) Salah Waktu, terasa bahwa judul novel dan gambar jam di sampul sangat mewakili keseluruhan cerita. Blurb-nya pun tidak memberi keterangan berlebihan (hanya berupa gambaran perasaan Sekar) yang cukup membuat penasaran. Selain itu, novel ini sangat minim kesalahan penulisan atau masalah tipografi, sehingga sangat nyaman dibaca.
Novel (Bukan) Salah Waktu disajikan dengan deskripsi yang begitu detail, terutama mengenai latar tempat dan suasana. Meskipun alurnya kurang memiliki konflik tajam, namun novel yang mengetengahkan permasalahan keluarga (trauma seorang anak dan cinta lama seorang suami) ini tetap asyik untuk dituntaskan.
Sedikit kekurangan novel ini adalah mengenai chemistry Sekar dan Prabu yang kurang terasa. Sebelum konflik utama dihadirkan, nyaris tidak ada gambaran keromantisan hubungan antara Sekar dan Prabu, sehingga pembaca mungkin saja sulit merasa “iba” saat rumah tangga keduanya didera masalah. Namun, ada satu bagian yang cukup “menolong” kekurangan tersebut (meskipun kehadirannya hampir di bagian akhir, tetapi sangat berkesan), yaitu saat Prabu meluapkan kerinduannya pada Sekar dengan cara menuliskan beberapa hal tentang istrinya di potongan-potongan kertas (hlm. 168-169). Selain bagian tersebut, chemistry Sekar dan Prabu kurang terasa dalam keseluruhan cerita. Apalagi di bagian akhir (penyelesaian) cerita, Nastiti justru fokus pada anak Prabu bersama Laras dan mengabaikan komunikasi antara Sekar dan Prabu yang tentu dinantikan pembaca.
Akhirnya, sebagai naskah pilihan pemenang lomba menulis “Wanita dalam Cerita”, novel ini memang tidak mengecewakan. (Bukan) Salah Waktu mengandung banyak pesan bermanfaat: kesetiaan, kejujuran, dan keikhlasan memaafkan.


Sabtu, 24 Mei 2014

[Resensi Buku Say: No, Thanks]

Buku Cerdas untuk Generasi Muda Tanpa Miras
Resensator: Susi S. Idris



Judul Buku        : Say: No, Thanks
Penulis              : Fahira Idris
Co Writer          : Sofie Beatrix dan dr. Tamam Jauhar
Ilustrator            : @L1LIO
Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan             : Pertama, 2014
Tebal                 : 213 halaman
ISBN                : 978-602-03-0324-6

        Miras atau minuman keras sangat berbahaya bagi orang-orang yang mengonsumsinya, karena dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, kecanduan, bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang berujung pada kematian. Miras juga merupakan pemicu terjadinya tindak kriminal dan kecelakaan lalu lintas yang seringkali merugikan banyak orang. Oleh sebab itu, sudah seharusnya barang berbahaya tersebut dijauhi oleh siapa pun, terutama oleh para remaja (generasi muda). Namun kenyataannya, saat ini semakin banyak pengguna miras yang berasal dari kalangan remaja. Hal tersebut disebabkan karena orang-orang di bawah usia 21 tahun memiliki kondisi yang masih labil, sehingga cenderung mudah dipengaruhi, termasuk dalam hal mencoba minuman keras.  
        Menyadari bahwa peredaran miras di kalangan generasi muda Indonesia sudah sangat memprihatinkan, Fahira Idris menuangkan gagasannya tentang bahaya mengonsumsi miras dalam buku berjudul Say: No, Thanks. Buku ini merupakan salah satu cara Fahira Idris untuk mengampanyekan bahaya miras secara cepat dan menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. Selain melalui media buku, Ketua Gerakan Nasional Anti Miras ini juga gencar melakukan kampanye langsung di sekolah-sekolah tentang bahaya mengonsumsi miras melalui program AntiMiras Goes To School.
        Say: No, Thanks karya Fahira Idris yang dibantu co writer Sofie Beatrix dan dr. Tamam Jauhar ini sangat menarik untuk dibaca, karena ditulis dengan gaya bahasa yang ringan khas anak muda. Selain itu, buku ini juga disertai dengan gambar-gambar (ilustrasi) lucu sebagai pendamping pada setiap pembahasan.
        Buku dengan sampul dominan berwarna merah ini terdiri atas tiga belas bagian yang menyajikan beragam informasi mengenai miras, mulai dari apa itu miras, sejarah miras, bahaya mengonsumsi miras, hingga kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk memerangi miras. Ketiga belas bagian tersebut secara berurutan berjudul “Kenalan Sama Miras”, “Sejarah Miras”, “The Drunken Masters”, “Alcohol Drag Me to Hell”, “Look What U’ve Done!”, “Aku Minumnya Dikit Aja, Kok…”, “Bang Napi: Alkohol pada Minuman Ringan, Waspadalah! Waspadalah!” “The Battle of Alcohol Abusers”, “Kriminalitas Merajalela”, “Dari Miras ke Narkoba”, “Yuk, GeNAM Style aja!”, “Gimana Caranya Bergabung Sebagai Pejuang Anti Miras?”, dan “Titipan Uni Fahira untuk Ortu Kalian”.
        Target pembaca buku ini adalah para generasi muda di bawah usia 21 tahun. Fahira memang memfokuskan kampanye anti miras kepada anak-anak muda. “… apabila pendidikan kita berikan kepada anak-anak remaja di bawah 21 tahun, kelak mereka dewasa akan lebih memilih menghindari MiraS dengan sendirinya (hlm. 185).”
        Buku Say: No, Thanks ini sangat seru untuk dibaca, karena pemaparan seputar miras disajikan dengan humor-humor yang menggelitik, namun tetap memberikan wawasan bermanfaat. Misalnya pada bagian pertama dalam buku ini yang berjudul “Kenalan Sama MiraS”. 
        Yup, MiraS! Bukan Mira W (penulis), bukan Mira A (temen SMP saya yang nyembunyiin bekal  makanan saya), bukan pula artis model cantik… Tyas MiraS… Ih! (hlm. 2).” 
        Setelah humor tersebut, di halaman selanjutnya (hlm. 3) dijelaskan bahwa alkohol yang ada di dalam minuman keras adalah golongan Etanol yang memiliki efek psikoaktif, yang artinya akan secara aktif memengaruhi kejiwaan si peminum sehingga timbullah yang disebut dengan GMO atau Gangguan Mental Organik.
        Selain itu, pada bagian “Kenalan dengan MiraS” juga dibahas bagaimana modus miras saat mengajak seseorang berkenalan. Pembahasan ini membuka mata kita bahwa orang-orang yang menawarkan miras selalu menghasut dengan iming-iming luar biasa, padahal sudah jelas bahwa miras tidak memiliki manfaat seperti yang sering dikatakan para penghasut tersebut.
        “Pengen tambah energi? Coba ini, deh."
        “Susah move on? Kamu pasti butuh ini."
       A
tau yang paling sering kita denger, “Sob, kamu ngga nyoba, ngga gaul!"
        Trus kalau minum MiraS kamu jadi gaul? Apa dengan minum MiraS kamu yang cupu bakalan jadi keren? Ngga sama sekali! (hlm. 5).
        Say: No, Thanks merupakan buku yang sangat informatif. Banyak informasi penting seputar miras yang dibahas dalam buku ini, misalnya mengenai jenis-jenis miras yang beredar di Indonesia, kenyataan bahwa miras dijual bebas di supermarket, minimarket, hingga di warung-warung kecil, serta informasi bahwa sejak tahun 2009 telah ada Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia mengenai larangan menjual miras di beberapa tempat umum dan larangan menjual miras pada pembeli di bawah usia 21 tahun. Informasi-informasi tersebut mungkin masih sedikit yang mengetahuinya, sehingga dengan membaca buku ini, para pembaca bisa lebih waspada dan ikut aktif memerangi peredaran miras di Indonesia, khususnya di lingkungan tempat tinggal masing-masing. 
        Pembahasan yang tak kalah informatif dan menarik juga terdapat pada bagian “The Battle of Alcohol Abusers”. Pada bagian ini dibahas mengenai artis-artis dunia yang kecanduan miras dan butuh bertahun-tahun untuk bebas dari belenggu minuman keras. Semua artis yang dibahas dalam bagian ini ternyata menyesal telah mengonsumsi miras, karena kehidupan sosial mereka menjadi berantakan akibat kecanduan miras. Daniel Radcliffe, misalnya. Si Harry Potter ini mengaku bahwa sebelum mengenal alkohol ia adalah pribadi yang sopan, namun setelah mengonsumsinya dan kecanduan, Daniel mengaku menjadi pribadi yang menyebalkan (hlm. 95).
        Tulisan dalam buku ini dicetak dengan ukuran huruf yang cukup besar, sehingga tidak menyulitkan saat dibaca. Pembahasan pada setiap bagian dalam buku ini juga tidak terlalu banyak, sehingga pembaca tidak mudah jenuh. Selain itu, setiap selesai membahas satu bagian, ditampilkan artikel para pemenang Lomba Blog Anti Miras tahun 2013.
        Ada tiga belas artikel pemenang Lomba Blog Anti Miras yang ditampilkan dalam buku ini. Artikel-artikel tersebut juga ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan penuh dengan informasi bermanfaat mengenai bahaya mengonsumsi miras. Misalnya pada artikel pertama dalam buku ini yang berjudul “Yuk, Perang Melawan Miras” karya @rizkialfariizi. Artikel ini mengajak para pembaca untuk sama-sama memerangi miras. Ajakan tersebut diperkuat dengan penjelasan tentang bahaya miras bagi pengonsumsinya. Artikel ini ditulis dengan gaya bertutur yang kocak, seperti pada kutipan berikut: 
        .... Kalo lo nyoba MiraS, seger di awal aja. Akhirnya, bisa abis badan lo. Udah sakit, gangguan mental, masa depan hancur, dosa lagi! Sama aja kayak udah jatuh ketimpa tangga, mau bangkit digigit anjing, mau lari keserempet becak, mau marah ditabrak tukang roti, sakit, mau berobat dokternya meninggal, lo pulang dokternya hidup lagi. Nggak enak ‘kan? Makanya, stop MiraS! (hlm. 23).
        Blogger lain juga menuangkan gagasan-gagasan anti miras yang tak kalah menarik dan informatif. Banyak di antara para blogger tersebut memulai dari pengalaman mereka saat bersinggungan langsung dengan pengonsumsi miras. Tulisan-tulisan tersebut secara umum menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat Indonesia terhadap bahaya miras masih sangat rendah, sehingga masih banyak yang mudah tertipu dengan rayuan orang lain untuk mengonsumsi miras. 
        Meskipun memiliki banyak kelebihan, buku ini juga tidak luput dari kekurangan, di antaranya adalah terdapat kalimat-kalimat yang tidak terstruktur dengan baik dan hal itu ditemukan pada beberapa tulisan para blogger pemenang Lomba Blog Anti Miras 2013.
        Pada artikel berjudul “Generasi Emas Tanpa Miras” karya Roni Irawan kita akan menemukan beberapa kalimat yang tidak terstruktur dengan baik. Penyajiannya juga sedikit berbelit-belit, sehingga mungkin saja pembaca akan melewatkan artikel ini, padahal sebenarnya isi artikel ini sangat menarik. 
        …. Betapa kagetnya kita, kita ketika yang menjadi pengemudi dari kendaraan/bus yang kita tumpangi dikemudikan orang yang lemah kesadarannya, pasti kita akan bertanya-tanya bagaimana nasib kita? (hlm. 170-171).
        Kalimat-kalimat yang tidak terstruktur dengan baik juga terdapat pada artikel berjudul “Pendidikan dan Agama, Benteng Kuat Menjauhi Miras” karya pemilik blog aslich.blogspot.com. 
        …. Para remaja yang penuh rasa ingin tahu dan hanya menginginkan kesenangan tanpa berpikir panjang berpikir, hendaknya dikendalikan dengan pola pendidikan yang tepat. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah saja, namun juga harus ada pengawasan dari orang tua dan lingkungan sosial mutlak diperlukan. Dengan menciptakan lingkungan bebas alkohol dan minuman keras, membatasi ruang gerak distribusi MiraS akan menutup peluang penyalahgunaan MiraS pada remaja serta akibatnya (hlm. 190-191).
        Selain mengenai struktur kalimat, dalam buku ini terdapat pula kalimat yang tidak memiliki lanjutan. Misalnya pada artikel berjudul “MiraS Menggodaku” karya blogger Anggita Bayu. 
        …. Ternyata temen gue ada yang lebih parah, dia sejak SD sudah minum MiraS! Dengerin aja percakapan gue berikut ini. Dari situ bisa disimpulkan bahwa mereka mulai minum minuman keras atau beralkohol berawal dari ajakan dan coba-coba yang berakhir dengan kecanduan (hlm. 80).
        Berdasarkan kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada percakapan yang dimaksud Anggita. Kalimat selanjutnya hanya berupa kesimpulan dari percakapan yang tidak ditampilkan.
        Meskipun demikian, kesalahan-kesalahan teknis tersebut tidak sampai mengurangi kemanfaatan informasi dalam buku ini. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya bisa diperbaiki pada cetakan selanjutnya, agar buku ini menjadi lebih nyaman untuk dibaca.
        Akhirnya, Say: No, Thanks merupakan buku cerdas yang patut dibaca oleh generasi muda Indonesia. Banyak informasi bermanfaat dalam buku ini yang akan menambah wawasan kita mengenai dampak buruk mengonsumsi miras. Sudah saatnya generasi muda Indonesia berani berkata: no, thanks saat ditawari mengonsumsi miras. Katakan tidak pada miras, katakan ya pada prestasi!

* Resensi ini diikutkan dalam Lomba Menulis Resensi Buku Say: No, Thanks karya Fahira Idris. Info lomba klik di sini

Kamis, 15 Mei 2014

[DIARY SANG ZOMBIGARET]

Rokok Bikin Kagok*
Karya Susi S. Idris

Januari 2014
        Kupandangi kamar kos berukuran 4 × 4 meter ini dengan tatapan sendu. Kemarin aku masih ada di rumahku yang mewah, sekarang aku harus tinggal di kamar pengap dengan lantai semen dan dinding tripleks seperti ini.
        “Semuanya salah, Mas. Sudah kubilang sejak kita pacaran dulu, jangan merokok! Tapi Mas nggak mau dengar,” ucap istriku sambil melipat pakaian dan memasukkannya ke dalam kardus. Rumah mewah kami dan semua isinya telah disita oleh pegadaian, karena kami tak mampu membayar cicilannya hingga jatuh tempo kemarin. Rumah itu memang terpaksa kami gadaikan untuk biaya pengobatan kanker mulut akut yang kuderita.
        Aku hanya bisa diam mendengar ocehan istriku. Sebenarnya ingin sekali kukatakan kalimat penyesalanku, tetapi tak satu pun kata bisa keluar dari mulutku yang sakit ini. Akhirnya semua kata-kata di benakku lesap jadi air mata.
        Melihat tumpahan air mataku, istriku mendesah, kemudian menyodorkan tisu padaku. “Nggak usah nangis, Mas. Semuanya udah terjadi, kita nggak mungkin bisa kembali ke masa lalu.”

Juli 2004

        “Hans, kamu merokok, ya? Merokok itu nggak baik untuk kesehatan, Sayang. Banyak orang meninggal karena rokok.”
        “Kamu tenang aja, Yes. Itu hanya omong kosong kok. Orang meninggal ya karena sudah ajal.”
        “Iya, tapi kalau penyebab meninggalnya karena kanker paru-paru, dan kanker itu disebabkan karena kebiasaannya merokok, ya tentu menyedihkan.”
        “Terserah kamu deh, yang penting kita masih pacaran kan?”
        “Asal kamu nggak merokok lagi.”
        “Mm.”
 ***
        Aku tidak pernah kelihatan merokok lagi di hadapan kekasihku itu. Aku pun selalu menggosok gigi dan makan permen wangi sebelum ketemuan dengan Yessi. Namun, diam-diam aku masih selalu mengisap benda itu.

Februari 2014
        Bubur nasi di hadapanku belum kusentuh. Hanya makanan inilah yang kini bisa kumakan dengan kondisi bibir dan gusi yang bengkak.
        “Dimakan dong, Mas,” ucap istriku yang sedang berdandan di depan cermin. “Nanti Mas mati kalau nggak makan.”
        “Kao … mohema … na?” tanyaku sambil menahan nyeri di mulut setelah menelan sesendok bubur. Istriku berbalik dan melongo. Ia mungkin bingung dengan kata-kataku.
        “Oh, aku mau pergi cari kerja dulu, Mas. Kalau tidak ada yang kerja, bisa-bisa kita diusir dari kamar ini,” ucap Yessi seraya mengambil sepatunya dan bergegas pergi. Dadaku sesak bukan main. Aku merasa menjadi suami yang tidak berguna lagi.

Maret 2014
        Aku terus melap pendarahan di gusiku dengan sapu tangan. Sejak pindah ke kos ini, aku tak lagi melakukan kemoterapi karena keterbatasan biaya. Hari-hari hanya kuisi dengan melamun di depan jendela, menahan sakit, menunggu maut.
        Tiba-tiba perutku keroncongan. Aku langsung melirik jam di dinding. Sudah pukul 16.15 dan aku belum makan sejak pagi. Hampir dua minggu ini Yessi selalu pergi pagi-pagi sekali dan pulang menjelang magrib. Katanya dia bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran. Aku tidak mempermasalahkan pekerjaannya. Yang kusedihkan, akhir-akhir ini Yessi tidak pernah lagi membuatkanku sarapan.
        Aku berdiri dari kursi plastikku dan mencari-cari uang di laci dengan tangan yang gemetar. Ada dua uang koin seribu rupiah. Aku langsung mengambilnya dan segera keluar kamar untuk membeli bubur instan di warung.
        Dengan tertatih-tatih aku berjalan menuju sebuah warung di ujung lorong. Darah dari  mulutku terus mengalir dan aku lupa membawa sapu tangan. Di tengah jalan, tiba-tiba segerombolan anak kecil meneriakiku dengan sebutan … Zombi.
        “Eh, liat dia! Dia mirip Zombi!”
        “Hahaha … iya, dia Zombi.”
        Ketiga anak kecil ini lalu bertepuk tangan sambil mengentak-entakkan kakinya di tanah. Mereka lalu berteriak dengan nada yang kompak. “A-da Zombi, a-da Zombi, a-da Zombi.” Aku menatap kesal pada mereka. Semuanya pun bergegas lari.
        Aku tidak jadi ke warung dan segera kembali ke kamar dengan perasaan sedih. Di kamar aku buru-buru mengambil cermin milik istriku. Saat pantulan wajahku terlihat di cermin bundar ini, tubuhku mendadak gemetar.
        Tidaaak, aku bukan Zombi! Teriakku tanpa suara.

* Kagok adalah (1) susah atau menjadi terhalang untuk melakukan sesuatu; (2) sulit melafalkan kata.

Minggu, 11 Mei 2014

Duhra

rindu menjumpai
matamu yang menganut pagi
bening dan sepi

di luasnya hari
meski sempit durasi
kata-katamu menghimpun pati
menepati janji

duhra,
di usiaku yang khayali
aku kanak-kanak kembali
memburu angin
memintal kabut dingin

rindu membuatku lugu
duhra,
masih kutunggu suara kakimu
mengantar bunyi ke telinga dan dadaku

tapi sunyi

Kendari, 2013

Sabtu, 10 Mei 2014

Langkah Demi Langkah Bi-Pro Magazine Menuju Situs Bisnis dan Promosi Nomor Satu

Oleh: Susi S. Idris (@susIdris)

Kekuatan dan perkembangan hanya akan datang
melalui usaha dan perjuangan terus-menerus.
(Napoleon Hill, penulis buku Think and Grow Rich)

Bisnis kini menjadi salah satu bidang pekerjaan yang digeluti banyak orang di Indonesia, baik yang memiliki latar belakang pendidikan bisnis maupun orang-orang awam yang memiliki cita-cita bisa hidup lebih baik dari usaha-usaha komersial yang diciptakannya, baik dalam skala mikro maupun makro.

Sejalan dengan semakin banyaknya pelaku bisnis tersebut, kehadiran media bisnis sangat dibutuhkan sebagai sarana informasi mengenai perkembangan bisnis yang terjadi dalam lingkup nasional maupun internasional. Selain itu, media bisnis juga dapat menjadi wadah promosi untuk meningkatkan popularitas suatu usaha. Manfaat yang lebih besar dari kehadiran suatu media bisnis adalah dapat menggerakkan minat orang lain, khususnya para tunakarya, untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan cara berbisnis.

Tanggal 11 Desember 2013 lalu, telah hadir sebuah media bisnis dalam bentuk majalah bisnis dan promosi online yang bernama Bi-Pro Magazine. Di era digital seperti saat ini, penyebaran informasi bisnis melalui majalah online merupakan sebuah pilihan cerdas, karena lebih efektif dan efisien. Namun, di sisi lain pilihan tersebut juga penuh dengan tantangan.

Sebelum Bi-Pro Magazine hadir, di Indonesia telah ada beberapa surat kabar bisnis dalam bentuk cetak maupun online, seperti Bisnis Indonesia dan Medan Bisnis. Selain itu, di Indonesia juga banyak situs berita online yang meskipun tidak berbasis bisnis, namun tetap menyajikan informasi bisnis di salah satu rubriknya.

Dengan demikian, untuk menjadi situs bisnis dan promosi nomor satu di Indonesia, Bi-Pro Magazine perlu usaha yang lebih gigih untuk mewujudkannya.   

Berkenalan Lebih Dekat dengan Situs Bi-Pro Magazine
Nama Bi-Pro diambil dari penggalan kata “Bisnis” dan “Promosi”. Anda yang ingin berkenalan dengan Bi-Pro Magazine, silakan berkunjung ke situs resminya, yaitu www.bipro-magazine.com. Bi-Pro Magazine juga dapat diakses melalui Android dengan mendownload aplikasi BiProMagazine.comForAndroid.

Saat ini jika kita masuk ke situs resmi Bi-Pro Magazine, kita akan melihat tampilan header web (1) yang berwarna biru dengan tulisan “bi-pro magazine (Majalah Bisnis dan Promosi)” yang berwarna putih. Di samping kiri header terdapat logo Bi-Pro Magazine (2), yaitu empat buah kotak dengan dua kotak atas masing-masing berwarna merah dan hijau, sedangkan dua kotak bawah masing-masing berwarna biru dan kuning. Kotak berwarna kuning dibuat lebih kecil dari tiga kotak lainnya. Tampilan header Bi-Pro Magazine tersebut sangat elegan. Penggunaan warna yang beragam mencerminkan bahwa situs ini menghadirkan informasi yang variatif. Namun, ada yang masih kurang jika kita melihat sebuah brand, yaitu tagline atau slogan. Kehadiran tagline akan membuat Bi-Pro Magazine semakin mudah dikenali masyarakat. Selain itu, tagline juga membantu dalam upaya “memperkenalkan” keunggulan Bi-Pro Magazine dibandingkan dengan situs bisnis lainnya. 


Sebagai majalah bisnis dan promosi yang baru berusia beberapa bulan, Bi-Pro Magazine telah menghadirkan banyak artikel untuk para pembacanya. Para pembaca pun dimudahkan dalam mengakses berita yang diinginkannya, yaitu dengan melihat rubrik berita di menu bar (3). Saat ini di menu bar terdapat rubrik “bisnis”, “promosi”, “pariwisata”, “info” yang terdiri atas info produk, fashion, kuliner, budaya, dan hotel, juga ada rubrik “update” yang terdiri atas update perbankan, investasi, properti, socmed, dan hiburan. Untuk memudahkan komunikasi dengan Bi-Pro Magazine, di menu bar juga terdapat kontak Bi-Pro Magazine, berupa facebook, twitter, Google+, dan cara memasang iklan. Selain itu, di bawah header terdapat slide berita (4) yang dapat digeser ke kanan atau ke kiri. Slide tersebut menunjukkan berita-berita teraktual di Bi-Pro Magazine.


Berita-berita yang Membuat Jatuh Cinta
Berbeda dengan majalah versi cetak pada umumnya yang biasa terbit satu bulan sekali, Bi-Pro Magazine yang di-launching di salah satu mal di Pekanbaru ini, meng-update beritanya setiap hari. Hampir sama dengan surat kabar harian, namun liputan Bi-Pro Magazine lebih terencana, terarah, dan komunikatif, dengan sajian yang komprehensif mengenai bisnis dan promosi. Oleh sebab itu, setiap harinya tidak terlalu banyak informasi yang dihadirkan Bi-pro Magazine, namun di situlah letak keunggulannya. Setiap berita yang dihadirkan selalu berkualitas (tidak asal-asalan) dari segi isi maupun penyajiannya (5). Hal tersebut dapat dilihat mulai dari pemilihan judul yang menarik, isi berita yang tidak melenceng dari judul, penyampaian yang komunikatif (mengingat banyak istilah-istilah bisnis yang kurang familiar oleh masyarakat awam), memenuhi unsur 5 W + 1 H, serta penulisan berita yang memenuhi kaidah penggunaan EYD. Poin yang terakhir ini terkesan sepele, namun sesungguhnya sangat memengaruhi minat baca seseorang.


Berita atau informasi-informasi yang disajikan dalam Bi-Pro Magazine memang mampu membuat pembaca jatuh cinta dan ingin terus berkunjung ke Bi-Pro Magazine. Konten beritanya yang seringkali mengambil sisi unik dari sebuah bisnis dan promosi (6), menjadi salah satu keunggulan Bi-Pro Magazine. Hal tersebut terlihat pada gambar berikut. Siapa yang tidak tertarik untuk membaca keempat berita ini?


Namun, sebagai majalah bisnis dan promosi, Bi-Pro Magazine harus konsisten dengan tujuan kelahirannya. Karena Bi-Pro Magazine telah memilih untuk menjadi majalah bisnis dan promosi, seharusnya Bi-Pro Magazine konsisten dengan hal tersebut, yaitu dengan menyajikan berita atau artikel-artikel yang hanya berkaitan dengan bisnis dan promosi. Berita perceraian artis atau hal-hal yang berkaitan dengan gosip selebritis yang tidak ada kaitannya dengan bisnis, sebaiknya tidak dihadirkan dalam majalah ini. Mengapa? Karena hal tersebut juga sudah dilakukan oleh situs-situs berita lainnya yang jumlahnya puluhan. Selain itu, berita-berita tersebut hanya akan “mengacaukan” identitas Bi-Pro Magazine sebagai majalah bisnis dan promosi.

Senin, 28 April 2014

[REVIEW NOVELA BE MINE]

KISAH CINTA DALAM TIGA NOVELA
Resensator: Susi S. Idris (@susIdris)


Judul Buku    : Be Mine
Pengarang    : Sienta Sasika Novel, Monica Anggen, Kezia Evi Wiadji
Penerbit       : Cakrawala (Media Pressindo Group)
Cetakan       : Pertama, 2014
Tebal            : 236 halaman
ISBN           : 978-979-383-234-0

        Buku kumpulan puisi atau kumpulan cerpen tentu sudah tidak asing bagi kita, baik yang ditulis bersama maupun yang ditulis sendiri. Namun, mungkin sebagian dari kita belum pernah mendengar atau membaca buku kumpulan novela (novel pendek). Tahun 2014 ini, penerbit Cakrawala menerbitkan buku kumpulan novela berjudul Be Mine karya Sienta Sasika Novel, Monica Anggen, dan Kezia Evi Wiadji.
        Be Mine berisi tiga novela yang sama-sama menghadirkan suasana valentine’s day (hari kasih sayang) dalam ceritanya. Meskipun demikian, ketiga pengarang mampu menghadirkan kisah cinta yang berbeda dalam masing-masing novelanya. Selain karena perbedaan usia para tokoh utama dari ketiga novela dalam Be Mine, gaya bercerita yang berbeda juga membuat ketiga novela tersebut memiliki keistimewaan masing-masing.
        Novela pertama dalam Be Mine berjudul “In Love with You” karya Sienta Sasika Novel. Novela ini berkisah tentang tokoh Sienta yang berusaha membuktikan perkataannya kepada Bintang, cowok yang ia taksir, bahwa ia yang selalu dianggap o’on juga mampu berprestasi. Semua itu berawal dari kenekatan Sienta untuk mengungkapkan perasaannya kepada Bintang di hari ulang tahun cowok jenius itu. Di hari itu, Sienta memberikan sebuah cokelat kepada Bintang. Dengan terbata-bata, ia pun berusaha mengungkapkan isi hatinya. Namun, belum selesai menyatakan perasaannya, Bintang sudah mengembalikan cokelat itu seraya berkata bahwa ia tidak menyukai cewek o’on. Merasa harga dirinya diinjak-injak, Sienta pun membela diri dengan mengatakan bahwa ia tidak o’on dan bisa secerdas Kinan, cewek yang selama ini dekat dengan Bintang. Bintang pun menantang cewek itu dengan berkata bahwa ia akan menerima cokelat Sienta di hari valentine yang tinggal beberapa bulan lagi, jika nilai-nilai mata pelajaran Sienta mampu masuk lima puluh besar. Sienta pun menerima tantangan tersebut dengan penuh percaya diri (hlm. 24-27).
        Ketidakpercayaan diri kemudian muncul saat Sienta yang memang selalu mendapat peringkat dua ratusan di antara seluruh teman kelas dua belasnya, merasa tak punya strategi untuk meningkatkan nilai-nilainya dalam waktu kurang lebih empat bulan. Apalagi dua teman akrabnya, Aira dan Yunna, juga tidak yakin jika Sienta mampu. Namun suatu hari, ibu Sienta tiba-tiba meminta Bintang—yang saat itu belum lama menjadi tetangga mereka—untuk menjadi tentor pribadi Sienta, karena ibunya tahu jika Bintang selalu mendapat juara kelas. Bintang pun tak sanggup menolak permintaan itu, begitu pun Sienta. Akhirnya, Bintang sendirilah yang harus mengajari Sienta untuk menaklukkan tantangan yang dibuatnya.
        Apakah Bintang akan mengajari Sienta dengan sungguh-sungguh? Lalu mengapa Bintang tidak mau kepindahannya di samping rumah Sienta diketahui oleh Kinan? Apakah Bintang dan Sienta akan jadian? Pertanyaan terakhir ini biasanya mudah ditebak pada ending cerita-cerita percintaan khas anak SMA, namun tidak dengan “In Love with You”. Penyelesaian dalam novela ini akan membuat Anda bertanya-tanya bagaimana kisah Bintang dan Sienta saat kuliah nanti?      
        Selain penyelesaian cerita yang tidak mudah ditebak, novela “In Love with You” juga memiliki kelebihan lain, di antaranya adalah penggunaan alur maju mundur oleh pengarang dengan lompatan cerita yang cepat, membuat novela yang minim konflik ini menjadi tidak datar dan tidak membosankan. Apalagi, percakapan-percakapan yang dihadirkan pengarang antara Sienta dan dua teman akrabnya, juga antara Sienta dan Bintang, sangat seru untuk diikuti. Mengalir sesuai dengan usia dan karakter masing-masing tokoh.

Sabtu, 26 April 2014

Sesuatu di Kepalaku

tak ada apa-apa di kepalaku. tak juga ada siapa-siapa
yang menunggu kupeluk. kepalaku jadi seperti ruang kelas
yang kosong. aku mengantuk, lalu memilih tidur untuk berlibur
dari kesepian.

saat terjaga, kepalaku telah penuh segala
rasa hot dog, bau bunga bangkai, dan suara siapa di kamar mandi
segera berbaur dengan nama-nama yang selalu kupanggil saat absen
sebelum pelajaran ilmu alam dimulai

hingga berhari-hari telah kubunuh banyak hal di kepalaku
hal-hal kecil, hal-hal usil, hal-hal yang saling berkejaran,
yang saling sembunyi, dan tak jarang yang saling mencintai.

Menunggu Seseorang Bicara

percakapan seperti buku yang kita buka
ada kepungan tanda meronce mata
ada jeda yang mengunci mulut kita   

bicaralah
tak ada yang terlambat dalam sebuah tatap muka
terlebih kau adalah pengembara yang tak pernah betah
memandangi langit-langit rumah
maka akan kusimpan kata-katamu dalam sebuah tas tangan
membawanya nanti ke pesta-pesta besar kehidupan
bersama handphone dan selembar amplop yang bertuliskan nama kita

Kapankah Pulang?

kapan kau pulang?
pekan-pekan jadi seperti serdadu
menekanku dengan senjata di mulutnya
suara-suara aneh memecah lampu rumah kita
gelap
kata-kata tak terbaca lagi di malam hari

maka hanya setiap pagi aku menulis pertanyaan untukmu
kapan kau pulang?
telah kutanam mei hwa di taman belakang
wanginya lembut
memagutku semalam suntuk

Rabu, 16 April 2014

[Cerpen] ORANG-ORANG YANG (TIDAK) BAHAGIA


Orang Pertama

Berada sangat dekat dengan orang yang paling kaubenci, apa yang akan kaulakukan?
Menjambak rambutnya? Tidak, jangan lakukan itu!
Pergilah, pergilah yang jauh!

        Saat kembali melihat perempuan itu, aku langsung teringat gadis kecil yang menunggu ibunya berhenti bersedih.
        Gadis kecil itu telah berusaha mengusir kesedihan di jiwa ibunya, tetapi kesedihan itu tak pernah pergi. Ia memperlihatkan kertas-kertas ulangannya yang selalu mendapat nilai tinggi, ibunya tersenyum bangga. Ia membacakan karangannya yang mendapat pujian dari gurunya, ibunya tersenyum sambil berkata, “Suatu saat kamu akan jadi penulis hebat, Nak.”
        Ibunya memang selalu tersenyum pada gadis sembilan tahun itu, tetapi ia tahu jiwa ibunya diliputi kesedihan. Kesedihan itu datang tiba-tiba saat ia dan ibunya melihat seorang lelaki sedang bermesraan dengan wanita lain di sebuah mal.
        “Itu Ayah kan, Bu?”
        “Itu bukan Ayah, Nak. Ayahmu sedang kerja di luar kota.”
        “Oh, iya, Ola lupa. Kan Ola yang antar Ayah ke bandara.”
        “Iya. Sekarang kita ke pantai saja, ya?”
        “Hah, kok ke pantai, Bu. Kita kan belum belanja.”
        “Di pantai lebih seru. Belanjanya nanti saja.”
        Setelah hari itu, ayahnya pulang dari luar kota membawa oleh-oleh yang banyak. Gadis kecil itu sangat bahagia, tetapi tidak dengan ibunya. Diam-diam, dari balik selimutnya, gadis kecil itu menyimak pertengkaran kedua orang tuanya. Perempuan lain, selingkuh, bohong, dan entah berapa kata lagi yang ditangkap gadis kecil itu sebelum kantuk menidurkannya.
        Keesokan harinya ibunya masih tersenyum, tetapi gadis kecil itu tahu jika ibunya hanya pura-pura tersenyum, agar ia berangkat ke sekolah dengan gembira. Saat pulang sekolah, gadis kecil itu mendapati kesedihan di mata ibunya.
        “Mata Ibu kenapa bengkak?”
        “Oh, ini ... tidak apa-apa, Sayang. Ibu habis kupas bawang.”
        Gadis kecil itu langsung memeluk ibunya. Jangan sedih ya, Bu. Ola akan selalu bersama Ibu.
        Hari berikutnya, saat pulang dari sekolah, gadis kecil itu melihat lebam di wajah dan tangan ibunya. Ia sangat marah dan tahu harus marah kepada siapa.

Kamis, 09 Januari 2014

Memecah Kata

nasib yang renta tiba begitu saja di tanganku
aku bertepuk tangan menyembunyikan prasangka
lemah dalam sandera kata-kata
kupecah a, d, u, dan h
entah dari mana
napas yang meruah wangi darah
melumur lantai, melumat hati
bagaimana jika aku lupa menyimpan nasib dalam kepala?

SENYAP

tiba-tiba aku memikirkan ruang tamu, tempat dudukmu
adakah waktu untuk merapati kembali pintu yang tertutup itu?
menerimamu dengan rikuh hingga akhirnya melambai penuh rindu
pertemuan kita selalu berjalan sama, selalu saja senyap nasibnya
mengutangkan sakit kepala pada perpisahan selamanya

kini melalui detak jam yang fasih memulangkan ingatan
kutahu bahwa setengah dari tehku adalah air matamu
setelah kau jauh, aku mesti meneguknya habis-habisan
oh, tak ada ampas dalam ketabahan
tiada.