Sabtu, 24 Mei 2014

[Resensi Buku Say: No, Thanks]

Buku Cerdas untuk Generasi Muda Tanpa Miras
Resensator: Susi S. Idris



Judul Buku        : Say: No, Thanks
Penulis              : Fahira Idris
Co Writer          : Sofie Beatrix dan dr. Tamam Jauhar
Ilustrator            : @L1LIO
Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan             : Pertama, 2014
Tebal                 : 213 halaman
ISBN                : 978-602-03-0324-6

        Miras atau minuman keras sangat berbahaya bagi orang-orang yang mengonsumsinya, karena dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, kecanduan, bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang berujung pada kematian. Miras juga merupakan pemicu terjadinya tindak kriminal dan kecelakaan lalu lintas yang seringkali merugikan banyak orang. Oleh sebab itu, sudah seharusnya barang berbahaya tersebut dijauhi oleh siapa pun, terutama oleh para remaja (generasi muda). Namun kenyataannya, saat ini semakin banyak pengguna miras yang berasal dari kalangan remaja. Hal tersebut disebabkan karena orang-orang di bawah usia 21 tahun memiliki kondisi yang masih labil, sehingga cenderung mudah dipengaruhi, termasuk dalam hal mencoba minuman keras.  
        Menyadari bahwa peredaran miras di kalangan generasi muda Indonesia sudah sangat memprihatinkan, Fahira Idris menuangkan gagasannya tentang bahaya mengonsumsi miras dalam buku berjudul Say: No, Thanks. Buku ini merupakan salah satu cara Fahira Idris untuk mengampanyekan bahaya miras secara cepat dan menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. Selain melalui media buku, Ketua Gerakan Nasional Anti Miras ini juga gencar melakukan kampanye langsung di sekolah-sekolah tentang bahaya mengonsumsi miras melalui program AntiMiras Goes To School.
        Say: No, Thanks karya Fahira Idris yang dibantu co writer Sofie Beatrix dan dr. Tamam Jauhar ini sangat menarik untuk dibaca, karena ditulis dengan gaya bahasa yang ringan khas anak muda. Selain itu, buku ini juga disertai dengan gambar-gambar (ilustrasi) lucu sebagai pendamping pada setiap pembahasan.
        Buku dengan sampul dominan berwarna merah ini terdiri atas tiga belas bagian yang menyajikan beragam informasi mengenai miras, mulai dari apa itu miras, sejarah miras, bahaya mengonsumsi miras, hingga kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk memerangi miras. Ketiga belas bagian tersebut secara berurutan berjudul “Kenalan Sama Miras”, “Sejarah Miras”, “The Drunken Masters”, “Alcohol Drag Me to Hell”, “Look What U’ve Done!”, “Aku Minumnya Dikit Aja, Kok…”, “Bang Napi: Alkohol pada Minuman Ringan, Waspadalah! Waspadalah!” “The Battle of Alcohol Abusers”, “Kriminalitas Merajalela”, “Dari Miras ke Narkoba”, “Yuk, GeNAM Style aja!”, “Gimana Caranya Bergabung Sebagai Pejuang Anti Miras?”, dan “Titipan Uni Fahira untuk Ortu Kalian”.
        Target pembaca buku ini adalah para generasi muda di bawah usia 21 tahun. Fahira memang memfokuskan kampanye anti miras kepada anak-anak muda. “… apabila pendidikan kita berikan kepada anak-anak remaja di bawah 21 tahun, kelak mereka dewasa akan lebih memilih menghindari MiraS dengan sendirinya (hlm. 185).”
        Buku Say: No, Thanks ini sangat seru untuk dibaca, karena pemaparan seputar miras disajikan dengan humor-humor yang menggelitik, namun tetap memberikan wawasan bermanfaat. Misalnya pada bagian pertama dalam buku ini yang berjudul “Kenalan Sama MiraS”. 
        Yup, MiraS! Bukan Mira W (penulis), bukan Mira A (temen SMP saya yang nyembunyiin bekal  makanan saya), bukan pula artis model cantik… Tyas MiraS… Ih! (hlm. 2).” 
        Setelah humor tersebut, di halaman selanjutnya (hlm. 3) dijelaskan bahwa alkohol yang ada di dalam minuman keras adalah golongan Etanol yang memiliki efek psikoaktif, yang artinya akan secara aktif memengaruhi kejiwaan si peminum sehingga timbullah yang disebut dengan GMO atau Gangguan Mental Organik.
        Selain itu, pada bagian “Kenalan dengan MiraS” juga dibahas bagaimana modus miras saat mengajak seseorang berkenalan. Pembahasan ini membuka mata kita bahwa orang-orang yang menawarkan miras selalu menghasut dengan iming-iming luar biasa, padahal sudah jelas bahwa miras tidak memiliki manfaat seperti yang sering dikatakan para penghasut tersebut.
        “Pengen tambah energi? Coba ini, deh."
        “Susah move on? Kamu pasti butuh ini."
       A
tau yang paling sering kita denger, “Sob, kamu ngga nyoba, ngga gaul!"
        Trus kalau minum MiraS kamu jadi gaul? Apa dengan minum MiraS kamu yang cupu bakalan jadi keren? Ngga sama sekali! (hlm. 5).
        Say: No, Thanks merupakan buku yang sangat informatif. Banyak informasi penting seputar miras yang dibahas dalam buku ini, misalnya mengenai jenis-jenis miras yang beredar di Indonesia, kenyataan bahwa miras dijual bebas di supermarket, minimarket, hingga di warung-warung kecil, serta informasi bahwa sejak tahun 2009 telah ada Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia mengenai larangan menjual miras di beberapa tempat umum dan larangan menjual miras pada pembeli di bawah usia 21 tahun. Informasi-informasi tersebut mungkin masih sedikit yang mengetahuinya, sehingga dengan membaca buku ini, para pembaca bisa lebih waspada dan ikut aktif memerangi peredaran miras di Indonesia, khususnya di lingkungan tempat tinggal masing-masing. 
        Pembahasan yang tak kalah informatif dan menarik juga terdapat pada bagian “The Battle of Alcohol Abusers”. Pada bagian ini dibahas mengenai artis-artis dunia yang kecanduan miras dan butuh bertahun-tahun untuk bebas dari belenggu minuman keras. Semua artis yang dibahas dalam bagian ini ternyata menyesal telah mengonsumsi miras, karena kehidupan sosial mereka menjadi berantakan akibat kecanduan miras. Daniel Radcliffe, misalnya. Si Harry Potter ini mengaku bahwa sebelum mengenal alkohol ia adalah pribadi yang sopan, namun setelah mengonsumsinya dan kecanduan, Daniel mengaku menjadi pribadi yang menyebalkan (hlm. 95).
        Tulisan dalam buku ini dicetak dengan ukuran huruf yang cukup besar, sehingga tidak menyulitkan saat dibaca. Pembahasan pada setiap bagian dalam buku ini juga tidak terlalu banyak, sehingga pembaca tidak mudah jenuh. Selain itu, setiap selesai membahas satu bagian, ditampilkan artikel para pemenang Lomba Blog Anti Miras tahun 2013.
        Ada tiga belas artikel pemenang Lomba Blog Anti Miras yang ditampilkan dalam buku ini. Artikel-artikel tersebut juga ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan penuh dengan informasi bermanfaat mengenai bahaya mengonsumsi miras. Misalnya pada artikel pertama dalam buku ini yang berjudul “Yuk, Perang Melawan Miras” karya @rizkialfariizi. Artikel ini mengajak para pembaca untuk sama-sama memerangi miras. Ajakan tersebut diperkuat dengan penjelasan tentang bahaya miras bagi pengonsumsinya. Artikel ini ditulis dengan gaya bertutur yang kocak, seperti pada kutipan berikut: 
        .... Kalo lo nyoba MiraS, seger di awal aja. Akhirnya, bisa abis badan lo. Udah sakit, gangguan mental, masa depan hancur, dosa lagi! Sama aja kayak udah jatuh ketimpa tangga, mau bangkit digigit anjing, mau lari keserempet becak, mau marah ditabrak tukang roti, sakit, mau berobat dokternya meninggal, lo pulang dokternya hidup lagi. Nggak enak ‘kan? Makanya, stop MiraS! (hlm. 23).
        Blogger lain juga menuangkan gagasan-gagasan anti miras yang tak kalah menarik dan informatif. Banyak di antara para blogger tersebut memulai dari pengalaman mereka saat bersinggungan langsung dengan pengonsumsi miras. Tulisan-tulisan tersebut secara umum menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat Indonesia terhadap bahaya miras masih sangat rendah, sehingga masih banyak yang mudah tertipu dengan rayuan orang lain untuk mengonsumsi miras. 
        Meskipun memiliki banyak kelebihan, buku ini juga tidak luput dari kekurangan, di antaranya adalah terdapat kalimat-kalimat yang tidak terstruktur dengan baik dan hal itu ditemukan pada beberapa tulisan para blogger pemenang Lomba Blog Anti Miras 2013.
        Pada artikel berjudul “Generasi Emas Tanpa Miras” karya Roni Irawan kita akan menemukan beberapa kalimat yang tidak terstruktur dengan baik. Penyajiannya juga sedikit berbelit-belit, sehingga mungkin saja pembaca akan melewatkan artikel ini, padahal sebenarnya isi artikel ini sangat menarik. 
        …. Betapa kagetnya kita, kita ketika yang menjadi pengemudi dari kendaraan/bus yang kita tumpangi dikemudikan orang yang lemah kesadarannya, pasti kita akan bertanya-tanya bagaimana nasib kita? (hlm. 170-171).
        Kalimat-kalimat yang tidak terstruktur dengan baik juga terdapat pada artikel berjudul “Pendidikan dan Agama, Benteng Kuat Menjauhi Miras” karya pemilik blog aslich.blogspot.com. 
        …. Para remaja yang penuh rasa ingin tahu dan hanya menginginkan kesenangan tanpa berpikir panjang berpikir, hendaknya dikendalikan dengan pola pendidikan yang tepat. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah saja, namun juga harus ada pengawasan dari orang tua dan lingkungan sosial mutlak diperlukan. Dengan menciptakan lingkungan bebas alkohol dan minuman keras, membatasi ruang gerak distribusi MiraS akan menutup peluang penyalahgunaan MiraS pada remaja serta akibatnya (hlm. 190-191).
        Selain mengenai struktur kalimat, dalam buku ini terdapat pula kalimat yang tidak memiliki lanjutan. Misalnya pada artikel berjudul “MiraS Menggodaku” karya blogger Anggita Bayu. 
        …. Ternyata temen gue ada yang lebih parah, dia sejak SD sudah minum MiraS! Dengerin aja percakapan gue berikut ini. Dari situ bisa disimpulkan bahwa mereka mulai minum minuman keras atau beralkohol berawal dari ajakan dan coba-coba yang berakhir dengan kecanduan (hlm. 80).
        Berdasarkan kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada percakapan yang dimaksud Anggita. Kalimat selanjutnya hanya berupa kesimpulan dari percakapan yang tidak ditampilkan.
        Meskipun demikian, kesalahan-kesalahan teknis tersebut tidak sampai mengurangi kemanfaatan informasi dalam buku ini. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya bisa diperbaiki pada cetakan selanjutnya, agar buku ini menjadi lebih nyaman untuk dibaca.
        Akhirnya, Say: No, Thanks merupakan buku cerdas yang patut dibaca oleh generasi muda Indonesia. Banyak informasi bermanfaat dalam buku ini yang akan menambah wawasan kita mengenai dampak buruk mengonsumsi miras. Sudah saatnya generasi muda Indonesia berani berkata: no, thanks saat ditawari mengonsumsi miras. Katakan tidak pada miras, katakan ya pada prestasi!

* Resensi ini diikutkan dalam Lomba Menulis Resensi Buku Say: No, Thanks karya Fahira Idris. Info lomba klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar