Kamis, 09 Januari 2014

Memecah Kata

nasib yang renta tiba begitu saja di tanganku
aku bertepuk tangan menyembunyikan prasangka
lemah dalam sandera kata-kata
kupecah a, d, u, dan h
entah dari mana
napas yang meruah wangi darah
melumur lantai, melumat hati
bagaimana jika aku lupa menyimpan nasib dalam kepala?


berhari-hari kulari
ke sana hingga sampai di sini
nasib itu memerah di teras rumah
kursi-kursinya menunggu tamu
melepas tabu

apa yang kau lakukan di situ?
rumahku telah menantimu dari segala pintu
hari kian perih, minggu kian lalu
bulan menelan debu di setiap penjuru
nasib yang kuelu-elu

Kendari, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar